BMKG SEBAGAI SARANA INFORMASI TENTANG KEADAAN CUACA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Badan
Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika yang selanjutnya disebut BMKG adalah
Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Presiden yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
meteorologi, Klimatologi dan Geofisika.
Badan ini secara konsisten memfokuskan diri pada peningkatan pelayanan kepada pelanggan serta peningkatan efisiensi proses internal guna tercapainya penyebaran informasi dengan baik dan benar secara keseluruhan. Langkah ini mencerminkan komitmen manajemen untuk menjaga realibilitas pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan mengoptimalkan ketersediaan sumber data dan informasi yang diperlukan untuk pelayanan yang optimal dan konsisten.
Badan ini secara konsisten memfokuskan diri pada peningkatan pelayanan kepada pelanggan serta peningkatan efisiensi proses internal guna tercapainya penyebaran informasi dengan baik dan benar secara keseluruhan. Langkah ini mencerminkan komitmen manajemen untuk menjaga realibilitas pelayanan kepada seluruh lapisan masyarakat dengan mengoptimalkan ketersediaan sumber data dan informasi yang diperlukan untuk pelayanan yang optimal dan konsisten.
Sistem informasi di Indonesia saat ini banyak
mengalami kemajuan dan kemunduran yang sangat signifikan yang artinya banyak
muncul berbagai informasi yang terkadang dapat menyebabkan pilot lama menerima
informasi yang di berikan karena minimnya jaringan komunikasi yang ada.
Dalam bentuk TI yaitu seorang pilot tidak perlu
menunggu seseorang untuk memberikan informasi mengenai perubahan cuaca yang
terjadi sehingga tidak menghambat penerbangan. Dan di masing-masing stasiun
penerbangan sudah memiliki TI yang canggih, karena mereka ingin menjadi yang
terdepan.
Permasalahan lain yang terjadi di BMKG adalah dalam
penyebaran data dan informasi dari pusat ke stasiun stasiun penerbangan, jika
salah satu server ada yang tidak berfungsi maka penyebaran data dan informasi
ke stasiun-stasiun menjadi terganggu, bahkan tidak akan bisa mengirimkan informasi
apapun ke Stasiun-stasiun penerbangan.
B. Rumus Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian sebagai berikut :
1. Apa
peranan BMKG ?
2. Apa
saja alat-alat yang ada di BMKG
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk
mengetahui bagaimana peranan BMKG
2. Untuk
mengetahui bagaimana cara kerja di BMKG
3. Untuk
mengetahui alat-alat apa saja yang berada di BMKG
D. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dimaksud
agar memberi kerangka atau gambaran secara umum dan luas tentang garis besar
tentang paper ini.
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang : Latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, dan sistematika
pembahasan.
BAB II LAPORAN HASIL PENELITIAN
Dalam bab ini membahas tentang : Sejarah
singkat tentang BMKG, tugas pokok dan fungsi BMKG.
BAB III KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP
Dalam bab ini memuat kesimpulan,
saran, penutup
BAB II
LAPORAN HASIL PENELITIAN
A.
Keadaan
lokasi
1.
Sejarah
Singkat BMKG
Sejarah pengamatan meteorologi dan geofisika di Indonesia dimulai pada
tahun 1841 diawali dengan pengamatan yang dilakukan secara perorangan oleh Dr.
Onnen, Kepala Rumah Sakit di Bogor. Tahun demi tahun kegiatannya berkembang
sesuai dengan semakin diperlukannya data hasil pengamatan cuaca dan geofisika.
Pada tahun 1866, kegiatan pengamatan perorangan tersebut oleh Pemerintah
Hindia Belanda diresmikan menjadi instansi pemerintah dengan nama Magnetisch en
Meteorologisch Observatorium atau Observatorium Magnetik dan Meteorologi
dipimpin oleh Dr. Bergsma.
Pada tahun
1879 dibangun jaringan penakar hujan sebanyak 74 stasiun pengamatan di Jawa.
Pada tahun 1902 pengamatan medan magnet bumi dipindahkan dari Jakarta ke Bogor.
Pengamatan gempa bumi dimulai pada tahun 1908 dengan pemasangan komponen
horisontal seismograf Wiechert di Jakarta, sedangkan pemasangan komponen
vertikal dilaksanakan pada tahun 1928.
Pada tahun 1912 dilakukan reorganisasi pengamatan meteorologi dengan
menambah jaringan sekunder. Sedangkan jasa meteorologi mulai digunakan untuk
penerangan pada tahun 1930.
Pada masa pendudukan Jepang antara tahun 1942 sampai dengan 1945, nama
instansi meteorologi dan geofisika diganti menjadi Kisho Kauso Kusho.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Setelah proklamasi kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, instansi tersebut dipecah menjadi dua: Di Yogyakarta dibentuk Biro Meteorologi yang berada di lingkungan Markas Tertinggi Tentara Rakyat Indonesia khusus untuk melayani kepentingan Angkatan Udara. Di Jakarta dibentuk Jawatan Meteorologi dan Geofisika, dibawah Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga.
Pada tanggal 21 Juli 1947 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diambil alih
oleh Pemerintah Belanda dan namanya diganti menjadi Meteorologisch en
Geofisiche Dienst. Sementara itu, ada juga Jawatan Meteorologi dan Geofisika
yang dipertahankan oleh Pemerintah Republik Indonesia , kedudukan instansi
tersebut di Jl. Gondangdia, Jakarta.
Pada tahun 1949, setelah penyerahan kedaulatan negara Republik Indonesia
dari Belanda, Meteorologisch en Geofisiche Dienst diubah menjadi Jawatan
Meteorologi dan Geofisika dibawah Departemen Perhubungan dan Pekerjaan Umum.
Selanjutnya, pada tahun 1950 Indonesia secara resmi masuk sebagai anggota
Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization atau WMO) dan
Kepala Jawatan Meteorologi dan Geofisika menjadi Permanent Representative of
Indonesia with WMO.
Pada tahun 1955 Jawatan Meteorologi dan Geofisika diubah namanya menjadi
Lembaga Meteorologi dan Geofisika di bawah Departemen Perhubungan, dan pada
tahun 1960 namanya dikembalikan menjadi Jawatan Meteorologi dan Geofisika di
bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1965, namanya diubah menjadi Direktorat Meteorologi dan
Geofisika, kedudukannya tetap di bawah Departemen Perhubungan Udara.
Pada tahun 1972, Direktorat Meteorologi dan Geofisika diganti namanya
menjadi Pusat Meteorologi dan Geofisika, suatu instansi setingkat eselon II di
bawah Departemen Perhubungan, dan pada tahun 1980 statusnya dinaikkan menjadi
suatu instansi setingkat eselon I dengan nama Badan Meteorologi dan Geofisika,
dengan kedudukan tetap berada di bawah Departemen Perhubungan.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pada tahun 2002, dengan keputusan Presiden RI Nomor 46 dan 48 tahun 2002, struktur organisasinya diubah menjadi Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND) dengan nama tetap Badan Meteorologi dan Geofisika.
Terakhir, melalui Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2008, Badan Meteorologi dan Geofisika berganti nama menjadi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dengan status tetap sebagai Lembaga Pemerintah Non Departemen.
Pada tanggal 1 Oktober 2009 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun
2009 tentang Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika disahkan oleh Presiden
Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono. (unduh Penjelasan UU RI Nomor 31
Tahun 2009).
2. Tujuan Pokok
dan Fungsi
BMKG
mempunyai status sebuah Lembaga Pemerintah Non Departemen (LPND), dipimpin oleh
seorang Kepala Badan. BMKG mempunyai tugas : melaksanakan tugas pemerintahan di
bidang Meteorologi, Klimatologi, Kualitas Udara dan Geofisika sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud
diatas, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyelenggarakan fungsi:
· Perumusan
kebijakan nasional dan kebijakan umum di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
·
Perumusan
kebijakan teknis di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Koordinasi
kebijakan, perencanaan dan program di bidang meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
·
Pelaksanaan,
pembinaan dan pengendalian observasi, dan pengolahan data dan informasi di
bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Pelayanan
data dan informasi di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Penyampaian
informasi kepada instansi dan pihak terkait serta masyarakat berkenaan dengan
perubahan iklim;
· Penyampaian
informasi dan peringatan dini kepada instansi dan pihak terkait serta
masyarakat berkenaan dengan bencana karena factor meteorologi, klimatologi, dan
geofisika;
· Pelaksanaan
kerja sama internasional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
·
Pelaksanaan
penelitian, pengkajian, dan pengembangan di bidang meteorologi, klimatologi,
dan geofisika;
· Pelaksanaan,
pembinaan, dan pengendalian instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi
di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
·
Koordinasi
dan kerja sama instrumentasi, kalibrasi, dan jaringan komunikasi di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Pelaksanaan
pendidikan dan pelatihan keahlian dan manajemen pemerintahan di bidang
meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Pelaksanaan
pendidikan profesional di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Pelaksanaan
manajemen data di bidang meteorologi, klimatologi, dan geofisika;
· Pembinaan
dan koordinasi pelaksanaan tugas administrasi di lingkungan BMKG;
· Pengelolaan
barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab BMKG;
·
Pengawasan
atas pelaksanaan tugas di lingkungan BMKG;
·
Penyampaian
laporan, saran, dan pertimbangan di bidang R
Dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya BMKG dikoordinasikan oleh Menteri yang
bertanggung jawab di bidang perhubungan.
B.
Struktur
kepengurusan BMKG Lampung
·
Tahapan
dalam pengolahan data dan informasi cuaca :
1)
Suhu Udara
Sinar matahari dapat mempengaruhi suhu di permukaan bumi. Sinar matahari yang
sampai ke permukaan bumi akan menyebabkan permukaan bumi menjadi panas yang
akibatnya suhu meningkat. Dalam pengamatan synoptic, suhu udara diukur dengan
menggunakan thermometer dengan satuan derajat celcius (C).
2)
Tekanan Udara
Satuan yang dipakai dalam mengukur tekanan udara adalah milibar (mb) dengan
membaca skala barometer.
3)
Angin (Wind)
Dalam pengamatan synoptic, angin yang diamati meliputi arah (dd) dan kecepatan
(ff). Adapun alat yang dipergunakan adalah anemometer.
4)
Penguapan
(Evaporasi)
Sinar matahari yang sampai ke permukaan bumi terutama
pada permukaan laut akan menyebabkan terjadinya penguapan. Dalam pengamatan
synop, penguapan diukur menggunakan evaporimeter (panci penguapan).
5)
Awan (Cloud)
Dalam synop, pengamatan awan meliputi jumlah awan (N), tinggi awan (h), jenis
awan (C), arah awan (D), dan sudut elevasi puncak awan. Jumlah awan maksimum
yang diamati sebanyak 8 oktas. Tinggi awan mencakup tinggi dasar awan (base
cloud) dan tinggi puncak awan (top cloud). Jenis awan terdiri dari Cirrus (Ci),
Cirrocumulus (Cc), Cirrostratus (Cs), Altocumulus (Ac), Altostratus (As),
Nimbustratus (Ns), Stratocumulus (Sc), Stratus (St), Cumulus (Cu), dan
Cumulusnimbus (Cb). Arah awan yang diamati meliputi arah mata angin, sedangkan
sudut elevasi puncak awan diamati hanya pada awan konventif,yaitu Cumulus (Cu),
dan Cumulusnimbus (Cb).
6)
Curah Hujan
Alat yang dipakai untuk mengukur curah hujan adalah penakar hujan dengan satuan
millimeter (mm).
7)
Visibility
Visibility adalah jarak pandang mendatar.
8)
Kelembaban
Udara (RH)
Kelembaban udara dapat diamati dengan memperhatikan thermometer bola basah dan
bola kering atau dengan menggunakan hygrometer.
9)
Weather
(Keadaan Cuaca)
Dalam pengamatan, keadaan cuaca meliputi cuaca sekarang (present weather) dan
cuaca yang lalu (past weather).
10) Radiasi matahari
Pengamatan radiasi matahari meliputi lama penyinaran (duration) dengan alat
Campbell Stokes dan intensitas dengan alat Actinograph.
11) Keadaan Tanah (State Of Ground)
Keadaan tanah terbagi atas 3 macam :
Keadaan tanah terbagi atas 3 macam :
a) Keadaan tanah
kering
b) Keadaan tanah lembab/basah
c) Keadaan tanah banjir/tergenang
·
Pengamatan unsur cuaca
Adapun ketinggian unsur-unsur cuaca yang diamati,yaitu : Permukaan, yaitu penguapan dan keadaan tanah.
Dekat permukaan dengan ketinggian :
a)
1,2 m
meliputi suhu udara, tekanan udara, curah hujan, penyinaran matahari, dan kelembaban
udara.
b)
1,5 m
meliputi visibility.
c)
10 m
meliputi angin
Jauh, yaitu pengamatan awan dan keadaan cuaca.
Jauh, yaitu pengamatan awan dan keadaan cuaca.
·
Aktivitas pengamatan
a)
Melihat
b)
Membaca /
Mencatat
c)
Mengukur
d)
Menghitung
e)
Estimasi /
Memperkirakan
f)
Evaluasi
g)
Mengkode /
Menyandi
h)
Pengiriman /
Pertukaran Data (8X / hari)
·
Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan dari 3 sumber :
a)
Dari hasil
pengamatan di stasiun
b)
Dari hasil
pengamaan di stasiun BMKG sekitar dan
c)
Asiun
kerjasama (Pos hujan OBS, pos hujan otomatis, & pos penguapan SMPK)
·
aktivitas
pengolahan
a)
Penyandian (
Klimat & Synop )
b)
Pengiriman
Rael Time ( 1 X / Bulan )
c)
Penyimpanaan
( Pengarsipan )
·
Penyebaran data
Penyebara data utama yaitu synop dikirim ke BMKG pusat melalui komunikasi
jaringan CMSS (Computerized Message Switching System) pada jam-jam 00.00,
03.00, 06.00, & 09.00 GMT.
Data- data yang sudah terangkum dari hasil pengamatan masing-masing pos hujan dan stasiun kerjasama di publikasikan sesuai dengan permintaan user.
Data- data yang sudah terangkum dari hasil pengamatan masing-masing pos hujan dan stasiun kerjasama di publikasikan sesuai dengan permintaan user.
C.
Jenis-jenis
kegiatan pelaksanan dan alat – alat
pendukung yang tersedia di BMKG
a) Termometer
Alat untuk mengukur temperatur adalah thermometer. Ada
beberapa jenis thermometer yang digunakan dewasa ini, namun dalam pengamatan
meteorologi dan klimatologi, umumnya digunakan thermometer kaca
(liquid-in-glass thermometer) untuk peralatan Konvensional dan thermometer
PT-100 untuk peralatan-peralatan digital.Thermometer kaca (liquid-in-glass
thermometer) umumnya menggunakan Air raksa (mercury) untuk pengukuran
temperatur diatas suhu freezing point (-38.3 °C) dan menggunakan alkohol
untuk pengukuran yang memiliki jangkauan ukur dibawah/sekitar freezing point.
Thermometer
berdasarkan konstruksinya dapat dibedakan menjadi 4 tipe, yaitu:
- Sheathed
Type dengan
skala ukur tercatat di batang thermometer.
- Sheathed
Type dengan
skala ukur tercatat di dalam selubung thermometer.
- Unsheathed
Type dengan
skala ukur tercatat di batang dan tempat thermometer.
- Unsheathed
Type dengan
skala ukur tercatat di batang thermometer.
- Beberapa
thermometer adapula yang dilengkapi dengan kaca pembesar, terutama untuk
kepentingan labotatorium medis, namun jarang digunakan dalam pengamatan
meterologi atau klimatologi.
b) Barometer
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan
iklim yang lain adalah tekanan udara. Tekanan udara pada suatu permukaan adalah
gaya yang diberikan kepada suatu permukaan atau area oleh sekolom udara di atas
permukaan tersebut. Tekanan yang diberikan tersebut sebanding dengan massa
udara vertikal yang terdapat di atas permukaan tersebut sampai pada batas
ketinggian lapisan atmosfer terluar. Hal itu yang membuat tekanan udara di
setiap tempat berbeda menurut ketinggian dari tempat tersebut. Tekanan udara
juga merupakan salah satu parameter yang diamati oleh observer ketika melakukan
pengamatan udara permukaan atau synoptic observation. Pada kenyataannya
terdapat banyak alat yang digunakan untuk mengukur tekanan udara, diantaranya barometer
air raksa, barometer aneroid, aneroid barograph, serta bourdon tube barograph.
c) Anemometer
Alat yang
digunakan untuk mengukur kecepatan angin yaitu cup counter anemometer. Alat ini
terdiri dari tiga buah mangkuk yang dipasang simetris pada sumbu vertikal. Pada
bagian bawah dari sumbu vertical dipasang generator, yang terputar oleh ketiga
mangkuk. Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan berputar dari
mangkuk - mangkuk. Wind Vane atau alat penunjuk arah angin adalah sebuah
instrumen yang digunakan untuk mengetahui arah horizontal pergerakan angin
(angin permukaan). Alat ini terdiri dari suatu objek tidak simetris (contohnya
suatu anak panah atau panah berbentuk ayam jago yang menempel pada pusat
gravitasinya sehingga panah itu dapat bergerak dengan bebas di sekitar poros
horizontalnya) yang dihubungkan pada vane/weather cock sensor pada anemometer.
d) Higrometer
Secara umum kelembaban (Relative Humidity)
adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah uap air yang ada di
udara dan dinyatakan dalam persen dari jumlah uap air maksimum dalam kondisi
jenuh. Dan alat yang dapat digunakan untuk mengukur kelembaban udara (Relative
Humidity) adalah Higrometer. Higrometer rambut adalah sebuah alat pengukur
kelembaban udara dengan satuan persen yang menggunakan prinsip muai panjang
rambut dimana rambut akan memanjang ketika kelembaban udara bertambah. Adapun
rambut yang digunakan adalah rambut manusia atau kuda yang sudah dihilangkan
lemaknya yang kemudian dikaitkan dengan pengungkit (engsel) yang dihubungkan
dengan jarum yang menunjuk kepada skala sehingga memperbesar perubahan skala dari
perubahan kecil dari panjangnya rambut.
e) Penakar Hujan
Penakar
hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk mengukur curah
hujan.Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat penakar hujan
berjenis recording atau dapat mencatat sendiri.Alat ini dipakai di
stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan.Pengamatan dengan menggunakan alat
ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu mekipun
cuaca dalam keadaan baik/hari sedang cerah.Alat ini mencatat jumlah curah hujan
yang terkumpul dalam bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat
ini memerlukan perawatan yang cukup intensif untuk menghindari
kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada alat ini.
D. Pembahasan
Badan Meteorologi dan Geofisika Lampung telah berdiri sejak tahun 1963
dan berdiri dari beberapa stasiun yang berdiri beberapa tahun kemudian, untuk
pelayanan khusus penerbangan pada bandara radin inten II lampung ( ketika itu
bandara branti ) selajutnya mulai tahun 1997 pelayanan Stasiun Meteorologi Radin Inten II
Bandar Lampung tidak hanya melayani
penerbangan saja namun ditingkatkan pada pelayanan iklim dan perairan dan
mendapat tugas tambahan sebagai Stasiun Koordinat BMKG Provinsi Lampung
sedangkan untuk pelayanan kegempaan dimulai tahun 1982 dengan berdirinya Stasiun Geofisika Kotabumi di Mulang Maya Kabupaten Lampung Utara.
BAB III
KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP
A.Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisis dan pembahasan, maka kesimpulan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
Cuaca
berpengaruh terhadap penerbangan artinya jika kelembaban udarav sangat
tinggi maka pesawat tidak akan bisa terbang tetapi sebaliknya, jika kelembaban
udara normal maka pesawat bisa lepas landas tanpa ada hambatan.
Pemberian informasi ke stasiun-stasiun meteorologi dihitungv berdasarkan waktu yang ditentukan oleh ICAO (International Civil Aviation Organisation), tetapi jika ada perubahan cuaca yang tidak biasa dalam waktu rentang 30 menit maka dapat segera dilakukan pemberian informasi.
Tidak ada alternatif lain jika salah satu server yang ada di BMKG sedang tidak berfungsi.v
Pemberian informasi ke stasiun-stasiun meteorologi dihitungv berdasarkan waktu yang ditentukan oleh ICAO (International Civil Aviation Organisation), tetapi jika ada perubahan cuaca yang tidak biasa dalam waktu rentang 30 menit maka dapat segera dilakukan pemberian informasi.
Tidak ada alternatif lain jika salah satu server yang ada di BMKG sedang tidak berfungsi.v
B.Saran
Waktu
merupakan komponen pembentuk preferensi pemberian informasi yangv paling
krusial, oleh karena itu setiap operator disetiap stasiun penerbangan harus
cepat dan tanggap terhadap informasi yang diberikan pihak BMKG agar segera
diberikan kepada pilot untuk segera melakukan penerbangan.
Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan berbagai penelitian lainnya seperti :
Bagi peneliti berikutnya, hasil penelitian ini masih dapat dikembangkan dengan berbagai penelitian lainnya seperti :
·
Melebarkan
fokus penelitian dengan membandingkan beberapa kelompok sampel.
·
Penelitian
untuk mengetahui stasiun – stasiun meteorologi apa saja yang ada di BMKG.
C.Penutup
Alhamdulillah
penulis ucapkan rasa syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat,
hidayahnya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan paper ini.
Mudah-mudahan paper ini dapat menambah ilmu dan wawasan para pembaca dan
khsusnya penulis sendiri.
Dalam menulis
paper ini, penulis masih dalam taraf pembelajaran dan masih banyak keterbatasan
ilmu pengetahuan yang penulis miliki. Mudah-mudahan pengalaman ini dapat
menjadi motifasi dan dorongan untuk kedepannya. Penulis mohon maaf apabila
terdapat kesalahan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi perbaikan paper ini.
BMKG SEBAGAI SARANA INFORMASI TENTANG KEADAAN CUACA
Reviewed by Unknown
on
5:55 AM
Rating:
No comments: