ads

Sosiologi Pendidikan: Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Guru-Guru Lain dan Kepala Sekolah



            Peranan guru di sekolahan ditentukan oleh kedudukan sebagai orang dewasa, sebagai pengjar dan pendidik dan sebagai pegawai. Yang paling utama ialah kedudukannya sebagai pengjar dan pendidik, yakni sebagai guru. Berdasarkan kedudukannya sebagai guru ia harus menunjukan kelakuan yang layak bagi guru menurut harapan masyarakat. Apa yang dituntut dari guru dalam aspek etis, intelektual dan sosial lebih tinggi daripada yang dituntut dari oarang dewasa lainnya. Guru sebagai pendidik dan pembina generasi muda harus menjadi teladan, didalam maupun diluar sekolahan. Guru harus senantiasa sadar akan kedudukannya selama 24 jam sehari. Dimana dan kapan saja ia selalu dipandang sebagai guru yanng harus memperlihatkan kelakuan yang dapat ditiru oleh masyarakat itu khususnya oleh anak dididk.
            Penyimpangan dari kelakuan yang etis oleh guru mendapat sorotan dan ancaman yang lebih tajam.masyarakat tidak dapat membenarkan pelanggaran-pelanggaran seperti perjudiaan, mabuk, pelanggaran sek, korupsi atau ngebut, namun kalau guru melakukannya maka dianggap sangatserius guru yang berbuat demikian akan dapat merusak murit-muritnya yang di percayakan kepadannya. Orang yang kurang bermoral dianggap tidak akan mungkin menghasilkan anak didik yang mempunyai etika tinggi.
            Sebaliknya harapan-harapan masyarkat tentang kelakuan guru menjadi pedoman bagi guru. Guru-guru memperhatikan tuntunan masyarakat tentang kelakuan yang layak bagi guru dan menjadikannyasebagai norma kelakuan dalam segala situasi sosial di dalam dan diluar sekolah. Ini akan terjadi jika guru menginternalisasi norma-norma itu sehingga sehingga menjadi bagiaan dari pribadinya.
Kedudukan guru juga ditentukan oleh fakta bahwa ia orang dewasa. Oleh sebab itu guru lebih tua daripada muridnya maka berdasarkan usianya ia mempunyai kediudukan yang lebih dihormati, apalagi karna guru juga dipandang sebagai pengganti orang tua.hormat anak terhadap orang tuanya sendiri harus pula di perlihatkannya terhadap gurunya dan sebaliknya guru juga harus memandang murid sebagai anak.[1]
            Sebagai Pegawai negeri Dan Anggota KOPRI Tiap Guru Harus Menaati Segala Peraturan Kepegawaian Dalam Melakukan Tugasnya. Bagi Guru Ini Berarti Bahwa Ia Harus Hadir Tiap Pelajaran Agar Jangan Merugikan Murid. Seorang Pegawai Administrasi Masih Dapat Mengejar Ketinggalanya Dengan Mengerjakannya Dirumah Luar Jam Kantor.
            Selain Peraturanumum Bagi Pegawai Tiap-Tiap Sekolah Mempunyai Peraturan –Peraturan Kusus Tentang Berbagai Tugas Lain Yang Harus Dilakukan Oleh Guru Seperti Membantu Administrasi Sekolah, Tugas Piket, Membimbing Kegiatan Ekstrakulikuler, Menjadi Anggota Panitia HUT Ulang Tahun Sekolah, Menjadi Wali Kelas,Dan Sebagainya.
            Sebagai Pengajar Ia Harus Membuat Persiapan, Memberi Dan Memeriksa Ulangan, Mengapsensi Murid, Menghadiri Rapat Guru, Dan Sebagainya. Dalam Segala Tugas Kewajipan Ia Senantiasa Dibawah Pengawasan Kepala Sekolah Yang Harus Memberi Konduite Yanng Baik Agar Memperoleh Kenaikan Tingkat. Dengan Sendirinya Guru Akan Mematuhi Tiap Peraturan Dan Instruksi Dari Atasannya.
            Berdasarkan Kekuasaan Yang Dipegang Oleh Kepala Sekolah Terbukakemungkinan Baginya Untuk Bertindak Otoriter. Sikap Ini Dapat Menjelma Dalam Sikap Otoritedrguru Terhadap Murid. Namun Pada Umumnya Guru Menginginkan Kepala Sekolah Yang Demokratis Yang Mengambil Keputusan Berdasarkan Musyawarah, Wa;Laupun Dalam Situasi Tertentu Diinginkan Pemimpin Yang Berani Bertindak Tegas Dengan Penuh Otoritas.
            Guru-Guru Cenderung Bergaul Dengan Sesama Guru. Guru Terikat Oleh Norma-Norma Menurut Harapan Masyarakat Yang Dapat Menjadi Hambatan Untuk Mencari Pergaulan Dengan Golongan Lain Yang Tidak Di Bebani Oleh Tuntutan-Tuntutan Tentang Kelakuan Tertentu. Guru Dan Sesama Guru Mudah Saling Memahami Dan Dalam Pergaulan Antara Sesama Rekan Dapat Memelihara  Kedudukan Dan Peranannya Sebagai Guru. Itu sebabnya Guru-Guru Akan Membantu Kliknya Sendiri.
            Perkumpulan Guru Juga Menggambarkan Peranan Guru. PGRI Misalnya Bersifat Profesional Yang Bertujuan Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan Dan Sekalipun Juga Disebut Perbaikan Nasip Guru, Namun Guru-Guru Pada Umumnya Kurang Dapat Menerima Perkumpulan Guru Sebagai Serikat Buruh. Mengajar Dan Mendidik Sejak Dulu Di Pandang Sebagai Propesi Kehormatan Yang Tidak Semata-Mata Ditujukan Kepada Keuntungan Material. Memperjuangkan Nasip Melalui Perkumpulan Guru Dengan Meninjolkan Upah Bertentangan Dengan Hati Sanobari Guru, Sekalipuan Ia Turut Merasa Kesulitan Hidup Sehari-Hari.
            Lagi Pula Usaha Menggunakan Perkumpulan Guru Sebagai Alat Memperjuangkan Kebaikan Nasip Mungkin Akan Terbendung Bila Pengurus Perkumpulan Itu Terpilih Dari Kalangan kepala Sekolah Atau Mereka Yang Telah Mempunyai Kedudukan Yang Cukup Tinggi Karna Tidak Ingin Mendapat Teguran Dari Atasan Bila Mengadakan Aksi Yang Tidak Berkenan Dihati Pihak Atasan Itu. Adanya Perkumpulan Guru Memberi Kesempatan Bagi Guru Untuk Lebih Mengidentifikasikan Dirinya Dengan Propesinya. [2] 





DAFTAR PUSTAKA

1.     Nasution, 2011,  sosiologi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara





[1] Nation, sosiologi pendidikan, (jakarta: bumi aksara,2011), hal.91-92
[2] Nation, sosiologi pendidikan, (jakarta: bumi aksara,2011), hal. 98-100



Sosiologi Pendidikan: Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Guru-Guru Lain dan Kepala Sekolah Sosiologi Pendidikan: Peranan Guru dalam Hubungannya dengan Guru-Guru Lain dan Kepala Sekolah Reviewed by Unknown on 7:24 AM Rating: 5

1 comment:

ads
Powered by Blogger.