ads

Sosiologi Pendidikan: Model-Model Bagi Murid di Sekolah


BAB I
PENDAHULUAN
1.    Latar Belakang Masalah
            Pendidikan disekolah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau berkat interaksi murid dan guru dalam proses belajar-mengajar, melaikan juga oleh interaksi murid dengan lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi sosial yang dihadapinya didalam maupun diluar sekolah. Anak itu berbeda-beda bukan hanya karena berbeda bakat atau pembawaannya akan tetapi terutama karena pengaruh lingkungan sosial yang berlain-lainan. Ia dating kesekolah dengan membawa kebudayaan rumah tangganya, yang mempunyai corak tertentu, bergantung antara lain pada golongan atau status sosial, kesukuan, agama, nilai-nilai dan aspirasi orang tuanya. Disekolah ia akan memilih teman, kelompok, atau kliknya yang pada suatu saat akan sangat mempengaruhi tingkah lakunya.
     Anak itu selanjutnya dipengaruhi oleh kepala sekolah dan guru-guru, yang masing-masing mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang antara lain terbentuk atas golongan sosial dari mana ia berasal dan orang-orang yang dipilihnya sebagai kelompok pergaulannya.
Kepribadian guru mempengaruhi suasana kelas, kebebasan yang dinikmati anak dalam mengeluarkan kreativitasnya atau pengekangan dan  keterbatasan dalam kebebasannya menurut pribadi kepala sekolah dalam sikapnya terhadap atasannya.
     Sekolah sendiri dipengaruhi oleh berbagai daya-daya sosial. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari kebudayaan lokal maupun nasional. 
2.    Rumusan Masalah
             1)      Bagaimanakah proilaku seorang guru yang menjadi model-model bagi murid disekolah?
             2)      Bagaimanakah sikap guru dalam mengahadapi globalisasi?
3.    Tujuan Penulisan
1)      Mengetahui prilaku seorang guru yang menjadi model-model bagi murid disekolah
2)      Mengetahui sikap guru dalam mengahadapi globalisasi



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Model-Model Bagi Murid Di Sekolah

Pola kelakuan anak diperoleh melalui proses sosialisasi, yakni dalam situasi-situasi sosial dan interaksi anak dengan manusia lain di sekitarnya.  Di samping itu juga murid memerlukan “model” atau contoh teladan pola kelakuan.
 Guru diharapkan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Guru harus berpakaian bersih dan rapih, harus selalu berpegang tepat pada waktu, harus bertanggu jawab, berjiwa sosial, suka membantu orang, ramah, dapat mengendalikan diri, dengan harapan bahwa semua sifat-sifat yang baik itu secara sengaja atau tidak sengaja juga menjadi sifat-sifat kelakuan anak.
 Dalam dunia yang kian kompleks anak harus sanggup memainkan aneka ragam peranan dan bermacam-macam segmen kehidupan. Untuk itu seorang anak memerlukan model kelakuan di luar orang tua dan guru. Untuk situasi sosial yang baru diperlukan model yang baru pula, karena dunia senantiasa berkembang dan berubah sehingga setiap orang harus bersedia untuk menyesuaikan peranannya yang sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian, ia akan dapat menyesuaikan kelakuanya dengan apa yang diharapkan dalam berbagai macam posisi dan situasi agar ia tidak mengalami kesulitan dalam hidupnya.
 Masyarakat modern makin lama makin berdiferensi sehingga terbagi dalam segmen-segmen yang bertambah banyak. Anak-anak harus bergerak dari segmen yang setu kesegmen yang satu lagi dan harus dapat berkelakuan menurut yang diharapkan setiap kelompok. Kesulitan yang sihadapi oleh para pendidik masa sekarang harus mempersiapkan anak didik untuk kehidupan masa depan yang berbeda dengan keadaan yang sekarang. Untuk itu guru harus berpegang teguh pada norma-norma yang berlaku pada masa sekarang dan masa lampau.  Sebaliknya anak-anak diperkenalkan dengan model-model dara berbagai segmen masyarakat  diluar sekolah dan mendapatkan interaksi sosial dengan kelompok-kelompok lain. Mobilitas zaman modern, dari daerah pedesaan ke perkotaan, dari daerah satu ke daerah yang lain, bahkan kenegara-negara yang lain, menuntut perlunya murid-murid memahami macam-macam kelakuan manusia. Sehingga diperlukan model/teladan sebagai berikut:

1.         Guru  Profesional
            Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu bidang pekerjaan yang ingin atau akan diketahui oleh seseorang. Sehingga yang dimaksud dengan guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugan pendidikan dan pengajaran.
Profesi guru menuntut kompetensi sebagai guru,  guru yang professional tidak hanya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya belaka tetapi harus mampu ‘melaksanakan’ tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan bertanggung jawab sebagaimana dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa seorang guru yang professional harus memiliki empat kompetensi, keempat kompetensi tersebut adalah:
a.       kompetensi pedagogic yaitu kemampuan atau kompetensi dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
b.       kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik,
c.        kompetensi professional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran luas yang mendalam,
d.      kompetensi sosial yaitu kempuan guru untuk berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan Masyarakat sekitar.

Dari keempat kompetensi yang telah disebutkan diatas, Kompetensi yang paling mendasar untuk mengukur dan menilai seorang guru agar yang layak di teladani adalah dengan dimilikinya kompetensi kepribadian oleh setiap guru karena kompetensi tersebut adalah ukuran utama (the main measure) untuk melihat dan menilai sejauh mana guru disebut sebagai teladan bagi siswa/siswi.
Untuk membuktikanya, seorang guru harus memiliki karakter, sikap dan tindakan yang baik dihadapan siswa/siswinya maupun bagi orang lain, dapat diberikan  contoh: ketika seorang guru melihat dan menemui siswa/siswinya sedang merokok dan guru tersebut ingin mencegahnya maka secara otomatis guru tersebut harus berada pada kondisi yang sebaliknya (Ia tidak sedang merokok), sehingga siswa/siswinya dapat melihat dan mengikuti singkatnya siswa/siswi dapat meneladani apa yang di sarankan oleh guru terebut, selain itu si guru akan dengan mudah menyarankan, menasehati dan menjelaskan akibat atau dampak buruk dari merokok tersebut sehingga alhasil siswa/siswi-nya dapat mengurangi atau bahkan tidak akan melakukannya (merokok) lagi dikemudian hari sebagaimana apa yang dikatakan dan ditunjukan guru tersebut.

B.     Guru dan Tantangan Globalisasi
Globalisasi telah mengubah cara hidup manusia sebagai individu, sebagai warga masyarakat dan sebagai warga bangsa. Tidak ada seorang pun yang dapat menghindari arus globalisasi, setiap individu dihadapkan pada dua pilihan, yakni dia menempatkan dirinya dan berperan sebagai pemain dalam arus perubahan globalisasi, atau dia menjadi korban  dan terseret derasnya arus globalisasi. Arus globalisasi juga masuk kedalam wilayah pendidikan dengan berbagai implikasi dan dampaknya, baik positif maupun negatif. Dalam konteks ini tugas dan peranan guru sebagai ujung tombak dunia pendidikan sangat berperan.
Tugas dan peranan guru dari hari ke hari semakin berat, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan  dan teknologi. Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru disekolah diharapkan mampu menghasilakan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap mengadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental. Oleh karena itu, dibutuhkan sekolah yang unggul yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1.      Kepala sekolah yang dinamis dan komunikatif dengan kemerdekaan memimpin menuju visi keunggulan pendidikan,
2.      Memiliki visi, misi dan strategi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan dengan jelas,
3.      Guru-guru yang kompeten dan berjiwa kader yang senantiasa bergairah dalam melaksanakan tugas profesionalnya secara inovatif,
4.      Siswa-siswa yang sibuk, bergairah, dan bekerja keras dalam mewujudkan perilaku pembelajaran,
5.      Masyarakat dan orang tua yang berperan serta dalam menunjang pendidikan.

Adapun tantangan globalisasi yang harus disikapi seorang guru dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut:
1.      Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar, dengan kondisi ini guru harus bisa menyesuaikan diri dengan responsif, arif dan bijaksana,
2.      Krisis moral yang melanda bangsa dan Negara Indonesia
Akkibat pengaruh iptek dan globalisasi telah terjadi penggeseran nilai-nilai yang ada dalam kehidupan masyarakat. Nilai-nilai tradisional yang sangat menjunjung tinggi moralitas kini bergeser seiring dengan pengaruh iptek dan globalisasi,
3.      Krisis Sosial, seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran, dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. Akibat perkembangan industry dan kapitalisme akan muncul masala-masalah yang ada dalam masyarakat. Tidak semual lapisan masyarakat bisa mengikuti dan menikmati dunia industry dan kapitalisme. Mereka yang lemah secara pendidikan, akses, dan ekonomi akan menjadi korban ganasnya industrilisasi  dan kapitalisme, ini merupakan tantangan untuk guru untuk merespon realitas ini, terutama dalam dunia pendidikan. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang formal dan sudah mendapat kepercayaan dari masyarakat harus mempu menghasilkan peserta didik yang siap hidup dalam situasi dan kondisi bagaimanapun. Dunia pendidikan harus menjadi solusi dari suatu masalah sosial,
4.      Krisis Identitas sebagai bangsa dan Negara Indonesia
Sebagai bangsa dan Negara ditengah bangsa-bangsa di dunia membutuhkan identitas kebangsaan yang tinggi dari warga Negara Indonesia. Semangat nasionalisme dibutuhkan untuk tetap eksisnya bangsa dan Negara Indonesi. Nasionalisme yang tinggi dari warga Negara akan mendorong jiwa berkorban untuk bangsa dan Negara sehingga akan berbuat yang terbaik untuk bangsa dan Negara. Dewasa ini, ada kecenderungan menipisnya jiwa nasionalisme di kalangan generasi muda. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indicator, seperti kurang apresiasinya generasi muda pada kebudayaan asli bangsa Indonesia, pola dan gaya hidup remaja yang lebih kebarat-baratan, dan beberapa indicator lainnya.
Melihat realitas diatas, guru sebagai penjaga nilai-nilai termasuk nilai nasionalisme harus mampu memberikan kasadaran kepada generasi muda akan pentingnya jiwa nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
5.      Adanya perdagangan bebas, baik tingkat ASEAN, Asia Pasifik, maupun Dunia
Kondisi diatas membutuhkan kesiapan yang matang terutama dari segi kualitas sumber daya manusia. Dibutuhkan SDM yang andal dan unggul yang siap bersaing dengan bangsa-bangsa lain didunia. Dunia pendidikan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam mencapai SDM yang andal dan unggul. Oleh karena itu, dibutuhkan guru yang visioner, kompeten dan berdedikasi tinggi sehingga mampu membekali peserta didik dengan jumlam-jumlah yang kompetensi yang diperlukan dalam kehidupan di tengah-tengah masyarakat yang sedang dan terus berubah.





BAB III
PENUTUP

1.      Kesimpulan
Guru diharapkan menjadi teladan bagi murid-muridnya. Guru harus berpakaian bersih dan rapih, harus selalu berpegang tepat pada waktu, harus bertanggu jawab, berjiwa sosial, suka membantu orang, ramah, dapat mengendalikan diri, dengan harapan bahwa semua sifat-sifat yang baik itu secara sengaja atau tidak sengaja juga menjadi sifat-sifat kelakuan anak.
Profesi guru menuntut kompetensi sebagai guru,  guru yang professional tidak hanya mengetahui tugas dan tanggung jawabnya belaka tetapi harus mampu ‘melaksanakan’ tugas dan tanggung jawabnya dengan baik dan bertanggung jawab sebagaimana dalam Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyebutkan bahwa seorang guru yang professional harus memiliki empat kompetensi, keempat kompetensi tersebut adalah:
a.       kompetensi pedagogic yaitu kemampuan atau kompetensi dalam mengelola pembelajaran peserta didik,
b.       kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian mantap, berakhlak mulia, arif dan berwibawa serta menjadi teladan bagi peserta didik,
c.        kompetensi professional yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran luas yang mendalam,
d.      kompetensi sosial yaitu kempuan guru untuk berkomunikasi serta berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orang tua/wali peserta didik dan Masyarakat sekitar.
Guru sebagai komponen utama dalam dunia pendidikan dituntut untuk mengimbangi bahkan melampaui perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dalam masyarakat. Melalui sentuhan guru disekolah diharapkan mampu menghasilakan peserta didik yang memiliki kompetensi tinggi dan siap mengadapi tantangan hidup dengan penuh keyakinan dan percaya diri yang tinggi. Sekarang dan ke depan, sekolah (pendidikan) harus mampu menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, baik secara keilmuan (akademis) maupun secara sikap mental.



DAFTAR PUSTAKA

S.Nasutiion, Sosiologi Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2004

Kunandar, Guru Profesional Implimentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Jakarta:Raja Grafindo, 2007
Sosiologi Pendidikan: Model-Model Bagi Murid di Sekolah Sosiologi Pendidikan: Model-Model Bagi Murid di Sekolah Reviewed by Unknown on 7:19 AM Rating: 5

No comments:

ads
Powered by Blogger.